0
komentar
Tarian,
selain merupakan budaya orang Keraton, juga merupakan budaya orang-orang Shufiy[1].
Dalam hal taste seni geraknya, orang-orang Shufiy tidak kalah dengan
para maestro tari Indonesia seperti : Didik Nini Thowok, Enoch Atmadibrata, Mimi
Rasinah, Indrawati Lukman, Gusmiati Suid, dan yang lainnya. Meski mempunyai
beberapa kesamaan, tentu saja ada perbedaannya. Bagi Didik Nini Thowok cs.,
menari dan menciptakan tari mereka lakukan dengan alasan hobi, menjaga warisan
budaya, dan pekerjaan; sedangkan orang Shufiy melakukannya dengan alasan
ibadah. Dikarenakan alasan tersebut, tentu orang-orang Shufiy punya dalil yang
tersimpan di saku mereka, satu hal yang tidak dipunyai Didik Nini Thowok cs.
‘Sayangnya’, ketika hari Tari Sedunia tanggal 29 April 2012 tempo hari,
orang-orang Shufiy tidak bergabung dengan orang-orang ISI (Institut Seni
Indonesia) di Solo untuk unjuk kebolehan di depan publik.